Minggu, 20 Februari 2011

Lahirnya Rahwana & saudara2nya..

Kabar tentang Dewi Sukesi yg akhirnya dinikahi Begawan Wisrawa, sampai juga ke telinga Danaraja, setelah penantian berbulan bulan. Tentu saja Danaraja amat kecewa, bahkan marah besar pada ayahandanya itu, yg telah berkhianat dengan memperistri Sukesi yg sesungguhnya dilamar utk dirinya.

Dalam kekecewaan mendalam, Danaraja mendatangi Wisrawa dan Sukesi yg kini berada  di sebuah pertapaan di gunung Gohkarna. Danaraja semakin tidak bisa mengendalikan amarahnya ketika melihat Sukesi, yg kini telah menjadi istri ayahnya itu dalam keadaan mengandung. Namun, ketika terjadi pertarungan hebat antara Danaraja dan Wisrawa, ternyata ayahnya itu benar2 sakti tidak  terkalahkan. Setiap badannya terluka, bahkan lehernya telah ditebas pedang, dalam beberapa saat Wisrawa bangkit kembali, sehat seperti sediakala. Inilah kehebatan aji rawarontek yg dimilikinya, yakni tidak bisa dibunuh oleh apapun, oleh siapapun, di dunia.

Pada akhirnya, manakala Danaraja putus asa, takluk & menyerah kalah, Wisrawa berkata bahwa sudah sejak lama ia merencanakan mewariskan aji rawarontek ini pada puteranya. Dan ini adalah saat yg tepat. Saat dimana Wisrawa merasa telah amat berdosa dan ingin mengakhiri hidupnya. Danarajapun diminta Wisrawa untuk bersemedi dan menerima ajian rawarontek dari dirinya, untuk kemudian sekaligus diminta agar segera mengakhiri hidup Wisrawa dengan menggunakan sebilah keris miliknya. Wisrawapun rubuh bersimbah darah ditangan puteranya. Dewi Sukesi --yang dalam keadaan hamil tua-- amat terkejut dan panik melihat peristiwa ini sehingga ia menubrukkan tubuhnya pada keris yg masih dipegang Danaraja, agar bisa menyusul Wisrawa, suami yg amat dikasihinya itu ke alam baka. Danaraja tentu bagaimanapun amat terpukul melihat nasib Wisrawa serta Sukesi, apalagi mereka dihabisi oleh tangannya sendiri. Dalam keadaan panik dan tertekan ia meninggalkan kedua jazad yg tergeletak di tanah itu, pulang ke Lokapala.

Malam harinya, dari kandungan Sukesi lahir empat bayi, dua dalam wujud raseksa, satu berwujud raseksi dan satu --yang bungsu-- manusia biasa. Keempat bayi ini tumbuh besar dengan cepat, dalam hitungan minggu, dibawah asuhan para siluman dan dedemit gunung Gohkarna.

Keempat bersaudara ini banyak belajar berbagai hal dari siluman2 pengasuhnya. Mereka juga menjadi tahu bahwa bila memiliki keinginan haruslah bersemedi, memohon pada para dewata. Karena itu, suatu ketika si sulung, si bungsu dan si raseksi bertapa dengan khusuk di puncak bukit Gohkarna. Sementara itu sang raksasa adik si sulung tidur terlelap selama beberapa bulan setelah melahap makanan dalam jumlah luar biasa banyak.

Merekapun kemudian didatangi batara Guru yg menanyakan apa keinginan mereka. Si bungsu yg ketika bertapa demikian khusuk sampai sampai dari badannya memancar cahaya putih menjawab bahwa ia hanya menginginkan dunia aman dan damai, seluruh negeri subur dan sentausa. Batara Guru memberi nama pada pemuda yg berbudi pekerti luhur ini Gunawan Wibisana, dan menganugerahi kitab lopian yg bisa menjawab dan melhat peristiwa gelap.

Si raseksi, anak ke 3, yg bertapa dengan cara merentangkan kedua tangannya menyatakan bahwa ia menginginkan kekuasaan, ditakuti oleh semua orang, bisa menguasai jagad dengan kedua tangannya. Ia diberi nama Sarpakenaka dan diberi kuku sakti pancanaka pada kedua ibu jarinya. Raseksa nomor dua yg dibangunkan dari tidurnya menyatakan tidak ingin kesaktian karena merasa tidak mempunyai musuh, tidak ingin kekayaan karena tidak ingin menjadi angkuh, tidak ingin kekuasaan karena tidak merasa rendah diri, ia menerima kodrat yg digariskan apa adanya. Ia juga berpendapat bahwa banyak tidur memang tidak memberi manfaat pada orang lain, namun juga sama sekali tidak merugikan oang lain, dan jauh dari pikiran jahat. Ia diberi nama Kumbakarna.

Si sulung, yg bertapa dengan cara berdiri dan mengangkat sebelah kaki ini, meminta kepuasan, kesenangan, kekuasaan dan menjadi paling sakti di dunia. Ia juga ingin umur panjang. Karena ia berasal dari darah dalam hutan maka batara Guru memberi nama Rahwana. Bila amarah Rahwana meledak maka muncul sepuluh kepala di badannya, karena itu ia juga bernama Dasamuka.

Rahwana dan Sarpakenaka tumbuh menjadi raksasa dan raksesi beringas, penuh nafsu jahat dan angkara. Rahwana tampak semakin perkasa dan menonjol diantara kedua adik-adiknya. Kelakuannya kasar dan biadab. Demikian juga dengan Sarpakenaka yang menjelma menjadi raksasa wanita yang selalu mengumbar hawa nafsu. Sebaliknya Kumbakarna, meskipun tumbuh menjadi raksasa yang sangat besar, lebih besar dari kedua saudara rasaksanya, namun ia memiliki sifat dan pribadi yang luhur. Walau berujud raksasa, tak sedikitpun tercermin sifat dan watak serakah pada diri Kumbakarna ini. Ia memiliki sifat perwira dan sering menyadarkan perbuatan kakaknya yang salah.


sumber: Wikipedia, Ardisoma, Kosasih