Minggu, 20 Februari 2011

Batara Kala dan Mitos

Batara Kala lahir dari kama salah yang jatuh dilaut pada saat Batara Guru  bepergian dengan dewi Uma. Batara Kala dilahirkan dalam wujud rasaksa karena ia keluar dari badan Batara Guru dalam emosi yg tidak terkendali akibat penolakan Dewi Uma. Batara Kala memiliki sifat selalu merasa kelaparan, sehingga ikan2 yang ada di samudera tempat ia tinggal dalam waktu singkat nyaris terkuras habis.. Hal ini membuat gara-gara di Suralaya, sehingga para dewa diperintahkan oleh Batara Guru untuk membunuh rasaksa tsb.

Ternyata Batara Kala ini memiliki kesaktian tinggi yg diwarisi dari ayahnya, sehingga akhirnya hanya Batara Guru-lah yg bisa menaklukannya. Ketika Batara Guru akan menghabisi nyawa anaknya ini, diingatkan oleh Narada akan dosa, konsekwensi maupun karma yg lebih besar lagi bila hal itu dilakukan. Akhirnya, Batara Guru hanya mencabut kedua taring anaknya ini agar nafsu makannya bisa lebih terkendali.  Selain itu, kelak bila ia dikembalikan ke marcapada dan ingin memakan makhluk hidup diberi persyaratan tertentu yaitu orang yang mempunyai anak satu yang disebut ontang-anting, Pandawa lima anak lima laki-laki semua atau anak lima putri semua, Kedono kedini, anak dua laki-laki dan perempuan dan sejumlah  persyaratan lain.

Untuk menghindari jadi mangsa Batara Kala orang harus mengadakan upacara ruwatan. Untuk lakon-lakon seperti itu di dalam pedalangan disebut lakon Murwakala atau lakon ruwatan. Di dalam lakon pedalangan Batara Kala selalu ingin memakan para pandawa ataupun ontang anting. Tetapi karena Pandawa (dalam era Mahabharata) selalu dilindungi titisan Wisnu yaitu Batara Kresna maka Batara Kala selalu tidak berhasil memakan Pandawa.

Sumber: Kosasih, Wikipedia